Minggu, 06 September 2009

Makro - Mikro - Nano




Sumber Gambar :
http://www.deviceguru.com/files/svtc_nanotechnology_diagram.jpg

Nanoteknologi harapan baru pacu daya saing


Para pendekar iptek kembali meramalkan bahwa dalam periode yang sangat singkat-dengan hitungan beberapa tahun ke depan-diyakini akan terjadi revolusi industri kelima yang berdampak luar biasa sebagaimana empat revolusi industri yang terjadi dua abad silam.

Kalangan ilmuwan brilian itu seakan-akan ber-hujjah bahwa revolusi kelima segera tercetus dari rahim nanoteknologi yang baru solid terbentuk pada awal milenium kedua.

"Nanoteknologi diyakini sebagai sebuah konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad ke-21. Beberapa cabang ilmu terapan dan medis mengadopsi nanoteknologi dan nanosains menjadi fondasi utamanya," kata Nurul Taufiqu Rochman Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI), kepada Bisnis.

Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm = 1/1.000 �m = 1/1.000.000 mm = 1/ 1.000.000.000 m). Bisa dipahami bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat kecil.

Mula-mula, tubuh kita berada di dunia berskala meter (m). Kemudian, bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 atau milimeter (mm) adalah tahi lalat. Selanjutnya, yang berskala 1 per 1000 dari itu atau mikrometer (�m) adalah diameter rambut, sel tubuh atau sel darah merah.

Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari �m, seperti lebar DNA (deoxyribonucleic acid) yang skalanya berkisar 2 nm. Apabila nanometer dibagi lagi menjadi 1 persepuluhnya, akan sampai pada besaran atom (0.1 nm=1� (Angstrom)).

Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti halnya perbandingan antara bola bumi dengan bola pingpong. "Dari kenyataan ini, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan," terang Nurul. Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia komputer telah mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas, namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat.

Adapun nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstruktur halus (mencapai beberapa puluh nm) dan memiliki kekuatan dan umur 2 kali lipat. Teknologi nanobaja, lanjut Nurul, sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu untuk pembuatannya.

"Ke depan, industri yang tidak menerapkan nanoteknologi tidak akan mampu ikut dalam persaingan global," timpal Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Depperin Dedi Mulyadi.

Oleh karenanya, berbagai negara di dunia, terutama negara-negara maju, berusaha keras melakukan berbagai strategi penguasaan dan pengembangan nanoteknologi. Strategi pengembangan nanoteknologi pada masing-masing negara tersebut, kata Dedi, umumnya mengacu pada kompetensi negaranya.

Di Indonesia

Pengembangan nanoteknologi di Indonesia boleh dikatakan masih sangat prematur. Kondisi ini, kata Dedi, tidak jauh berbeda dengan negara-negara Asean lainnya.

Kendati demikian, kegagalan dalam mengembangkan produk berbasis nanoteknologi pada lima tahun ke depan, berpotensi menyebabkan pasar domestik hanya menjadi pasar bagi produk nanoteknologi impor sehingga Indonesia diperkirakan kehilangan nilai tambah sekitar Rp10 triliun per tahun.

Berdasarkan perkiraan MNI, Indonesia membutuhkan dana sedikitnya Rp4 triliun dalam 10 tahun mendatang untuk memacu pengembangan riset nanoteknologi guna memperbaiki struktur daya saing produk manufaktur nasional di kancah global.

Indonesia, timpal Nurul, memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya alam misalkan mineral pasir besi, kuarsa, tembaga, emas yang dapat digunakan sebagai basis teknologi nanomaterial.

Oleh karena itu, pengembangan nanoteknologi harus diarahkan untuk mengelolah dan memberikan nilai tambah secara signifikan bagi sumber daya alam Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa. (yusuf.waluyo@bisnis.co.id)- 16 September 2008

Sumber :
Yusuf Waluyo Jati
http://web.bisnis.com/artikel/2id1533.html
6 September 2009

Sumber Gambar:
http://www.directionsmag.com/images/articles/nano_tech/nano0.gif

Memanfaatkan Nanoteknologi untuk Mengobati Penyakit

MUNGKINKAH seseorang menahan napas selama empat jam sambil duduk santai di dasar kolam renang? Atau, berlari cepat selama 15 menit tanpa perlu bernapas? Menjadi manusia "adikodrati" semacam itu sekarang dimungkinkan berkat adanya Respirocyte, sebuah nanorobot ciptaan Robert A Freitas, pakar nanoteknologi dari AS. Nanoteknogi adalah teknologi yang bekerja dalam skala sepermiliar meter.

Respirocyte yang berdiameter 1 mikron itu mengapung sepanjang aliran darah. Robot berbentuk spiral itu terbuat dari 18 juta atom, sebagian besar berupa atom karbon dengan formasi berlian. Tugas Respirocytes meniru cara kerja pengisian sel darah merah secara alamiah ke dalam hemoglobin. Sebagai pompa mini, nanorobot mampu memompa lebih dari 9 miliar molekul oksigen dan karbon dioksida. Hal itu setara dengan mengantar 236 kali lebih banyak oksigen daripada yang dilakukan sel darah merah.

Bentuk molekulnya yang mirip berlian memungkinkan Respirocyte bekerja dengan tekanan hingga 1.000 atmosfer (atm). Padahal, sel darah merah bekerja hanya pada tekanan 0,51 atm dan disalurkan ke jaringan sebesar 0,13 atm saja, sehingga injeksi 5 sentimeter kubik cairan suspensi akan mampu memindahkan semua oksigen dan karbon dioksida yang ada dalam 5.400 sentimeter kubik darah dalam tubuh. Itu sebabnya seseorang mampu menahan napas lebih lama tanpa takut kehilangan oksigen.

Kehebatan nanoteknologi tak berhenti di situ saja. Mengatasi bahkan mengobati penyakit pun bisa dilakukan nanoteknologi. Penderita hipertensi, misalnya, kini tak perlu lagi disuntik atau mengonsumsi obat, cukup hanya disemprot saja ke bagian tubuh tertentu.

Hal itu menjadi kenyataan setelah sejumlah profesor dari Universitas Tsinghua dan Universitas Beijing, RRC, melakukan riset bertahun-tahun untuk menggabungkan pengobatan tradisional Cina dengan teknologi modern berupa bioteknologi dan nanoteknologi.



Hasilnya, ternyata bahan baku alami obat tradisional Cina dapat diperkecil hingga ke ukuran nano, sehingga dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh, menstabilkan tubuh pada fungsi hati, melancarkan aliran darah, meningkatkan peredaran darah, melarutkan darah yang mengental dan menggumpal, mengurangi daya hambat pembuluh darah, sehingga tekanan darah dapat diturunkan ke tingkat normal pada penderita hipertensi.

Bentuk akhirnya berupa cairan semprot yang dinamakan Sunny Wen Ya Yi. "Nanoteknologi hanya memperkecil ukurannya tanpa mengubah fungsi obatnya," kata Handi William, Operational Director PT Cahaya Bioteknologi Farmasi, produsen produk baru tersebut.

Tidak mengherankan kalau perusahaan itu, selama Pekan Raya Jakarta (PRJ) berlangsung hingga 18 Juli nanti, mengundang pengunjung untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berupa tes tekanan darah dan konsultasi kesehatan gratis. Bagi pengunjung yang menderita tekanan darah tinggi akan diberikan penyemprotan gratis cairan somprot itu untuk menurunkan tekanan darahnya. Tak kurang 20 juru rawat dan 5 dokter dibantu sekitar 35 tenaga promosi terjun dalam pelayanan kesehatan tersebut.

Caranya sederhana saja. Mula-mula pengunjung dites tekanan darahnya dengan tensimeter digital. Bila ternyata tekanan darahnya di atas ambang normal (90/140 mmHg), pengunjung akan dipersilakan ke bilik bersama petugas yang tepat untuk disemprot bagian dalam lengan, sekeliling pusar, dan bagian dalam paha. Setelah itu, pengunjung akan diminta melakukan tes ulang tekanan darah setelah 20-30 menit.

Kebanyakan pengunjung terheran-heran ketika mengetahui tekanan darahnya menurun drastis dan bahkan kembali normal dalam waktu singkat. Semua karena partikel obat yang berukuran lebih kecil daripada atom dapat langsung menembus kulit dan langsung menembus ke pembuluh kapiler darah. Setelah memasuki sirkulasi darah dan sampai pada pembuluh darah, cairan semprot itu menghasilkan efek farmakodinamika, sehingga akhirnya dapat menstabilkan tekanan darah penderita.

Meski merupakan produk baru, cairan semprot itu memiliki harga cukup terjangkau, yakni Rp 128 ribu per botol ukuran 50 ml, lengkap dengan buku pedoman yang tebal. Sebotol dapat digunakan untuk sebulan pemakaian.

Tanpa Keluhan

Hipertensi sering disebut "pembunuh diam-diam" karena sebagian besar pasien hipertensi tanpa mengalami keluhan apa pun selama bertahun-tahun. Sakit kepala, pening, baru terasakan bila tekanan darah sudah menjadi amat tinggi. Gejala lain yang dapat timbul, antara lain keringat berlebihan, kram otot, rasa lemas, sering kencing, dan jantung berdebar.

Hipertensi bisa dipicu oleh konsumsi makanan yang mengandung lemak. Karena makanan tersebut banyak disukai orang, tak heran jika hipertensi memiliki peluang berjangkit pada semua orang.

Pada umumnya prevalensi hipertensi berkisar antara 1,8 - 28,6 persen penduduk yang berusia di atas 20 tahun. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat 15 persen golongan kulit putih dewasa dan 25-30 persen golongan kulit hitam adalah penderita hipertensi.

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, dan dikatakan darah tinggi/hipertensi jika tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu hipetensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, yang merupakan kelompok terbanyak yakni 90 persen. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal sebanyak 10 persen.

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat, yaitu apabila tekanan diastolik sama atau lebih dari 130 mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi. Komplikasi serebrovaskular dan komplikasi jantung sering ditemukan di samping adanya komplikasi pada organ-organ sasaran utamanya, yaitu jantung, ginjal, mata, dan susunan saraf pusat. Pada jantung menyebabkan gagal jantung, pada ginjal menyebabkan gagal ginjal, pada mata menyebabkan retinopati, dan pada susunan saraf pusat menyebabkan stroke. Meski secara umum dianjurkan tekanan berada di bawah 140/90, tetapi pada penderita penyakit ginjal karena diabetes dianjurkan agar tekanan darahnya berada pada kisaran 125-130/75-80.

Modifikasi gaya hidup merupakan cara teraman dan termurah dalam mengatasi hipertensi, antara lain dengan menurunkan berat badan bila berlebih (indeks massa tubuh > 27), membatasi konsumsi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari), mengurangi asupan garam ( menjadi hanya 6 gram perhari), mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), mempertahankan asupan kalsium dan magnesium, berhenti merokok, dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

Walaupun penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan melalui modifikasi maupun gaya hidup serta atau tanpa pengobatan. Karena itu, penting bagi penderitanya untuk memeriksakan diri dan melaksanakan pengobatan secara teratur, dan yang terpenting bagi yang belum menderita adalah dengan pencegahan sedini mungkin melalui gaya hidup yang sehat. - 7 Juli 2004

Sumber :
Ari Satriyo Wibowo
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/07/07/Utama/ut05.htm
6 September 2009

LIPI Menemukan Terobosan dalam Bidang Nanoteknologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI mematenkan alat pembentuk nanopartikel, suatu temuan teknologi pembentuk partikel ukuran nanometer atau berukuran satu per satu miliar meter. Temuan ini menjadi terobosan penting dalam mencapai kemajuan di bidang industri dan lingkungan.

Dengan terobosan penting di bidang nanoteknologi itu, di antaranya dapat dicapai kemajuan di bidang teknologi transportasi berbahan bakar partikel hidrogen dan oksigen. Kedua partikel itu mudah diperoleh dari air, sedangkan limbah yang dihasilkan dari pembentukan energinya berupa air pula yang ramah lingkungan.

"Alat pembentuk nanopartikel dapat digunakan pula untuk bahan mineral, logam, keramik, obat-obatan, dan sebagainya. Pada dasarnya, dengan kemampuan mengetahui karakter nanopartikel, masing-masing bidang dapat diarahkan untuk mencapai kemajuan teknologi yang lebih efisien, hemat, dan ramah lingkungan," kata Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Nurul Taufiqu Rochman, pada Simposium Nanoteknologi dan Katalis Internasional di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang, Kamis (14/6).

Nurul mencontohkan hasil penelitian nanopartikel baja yang sedang ditekuninya. Dari hasil penelitiannya itu, nanopartikel baja diarahkan untuk membentuk materi baja yang lebih ringan dan hemat. Tetapi, kualitas baja itu tidak berkurang, bahkan partikel nano dalam baja mampu menambah kekuatannya.

"Penelitian nanopartikel baja ini dapat mengurangi bobot mobil mencapai 30 persen, tanpa mengurangi kekuatannya. Begitu pula, pengurangan bobot baja tanpa mengurangi kekuatannya sangat bermanfaat seperti pada pengembangan konstruksi-konstruksi bangunan yang terus berkembang saat ini," kata Nurul.

Kepala Bidang Nanokimia Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Enya Dewi mengatakan, nanoteknologi sangat bermanfaat untuk pengembangan teknologi masa depan yang mampu menunjang kelestarian lingkungan.

Di bidang nanokimia, Enya salah satunya sedang menekuni pemanfaatan persenyawaan hidrogen dan oksigen yang membentuk air.

Pada proses persenyawaan antara hidrogen dengan oksigen itu dapat dihasilkan energi. Energi itu dapat dialihkan menjadi energi gerak yang bermanfaat dalam pengembangan teknologi transportasi.

"Nanoteknologi di bidang nanokimia memiliki kontribusi penting dalam pengembangan energi yang ramah lingkungan," kata Enya.

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, dalam sambutan pembukaan simposium yang dibacakan Deputi Bidang Perkembangan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bambang Sapto Pratomosunu, mengatakan, nanoteknologi merupkan suatu paradigma baru dalam pengembangan teknologi yang akan terus berkembang pesat pada masa mendatang.

"Perkembangan teknologi handphone (telepon genggam), laptop, media penyimpan data berkapasitas tinggi, serta piranti elektronik lainnya, tak dapat disangkal merupakan contoh nyata kontribusi nanoteknologi," kata Kusmayanto.

Berbagai produk nanoteknologi lain, dijelaskan Kusmayanto, diantaranya temuan sel saraf tiruan yang dapat menggantikan sel saraf manusia yang rusak. Produk nanoteknologi itu merupakan pengembangan transistor nanotube untuk penguatan sinyal. (NAW)

Sumber :
Kompas Cybermedia, 15 Juni 2007
6 September 2009

Rahasia di Balik Nanoteknologi

Nanoteknologi telah dianggap sebagai ilmu pengetahuan baru di masa mendatang, dengan inovasi terbaru menggunakan partikel mikro yang dapat digunakan untuk menghilangkan kerut wajah, memperkokoh botol kemasan, dan membersihkan pakaian tanpa air.

Studi awal juga meng-indikasikan beberapa dari partikel-partikel tersebut, yang dipergunakan dalam teknik mesin terbaru, dapat mengakibatkan kanker.

“Kita harus mengetahui bahwa akan ada kesalahan, dan akan ada bahaya,” kata Professor Harry Kroto, yang memenangkan penghargaan Nobel di bidang kimia tahun 1996 atas penemuan nanopartikel yang dinamakan Buckminsterfullerene. “Di samping itu, ada kemungkinan penggunaan nanoteknologi ini akan semakin melimpah. Bagi saya, ini merupakan ilmu pengetahuan di abad 21.”

Nanoteknologi adalah teknologi yang menggunakan skala nanometer, atau sepersemilyar meter, merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu per miliar meter, dan merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya.

Dengan menciptakan zat hingga berukuran satu per miliar meter (nanometer), sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan. Sehelai rambut manusia, secara kasarnya memiliki diameter 80.000 nanometer. Itu berarti ukurannya bisa mencapai 100.000 kali lebih kecil dari diameter sehelai rambut manusia.

Seluruh benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tersusun dari atom-atom berukuran nano. Para ilmuwan mengatakan bekerja dengan partikel-partikel ini dapat memberi harapan untuk membangun mesin miniatur atom demi atom, sama seperti setiap mahkluk hidup juga tersusun dari atom.

Beberapa ilmuwan sudah menerapkan nanoteknologi untuk menambah partikel-partikel perak mini, yang diketahui sebagai sebuah anti bakteri, pada pisau cukur, wadah penyimpanan makanan, dan kaus kaki anti debu.

Pengaruh Manusia
Masalahnya adalah bahwa partikel-partikel ini dapat membahayakan tubuh manusia, dan ilmuwan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mereka benar-benar dapat memahami efek yang dihasilkan dari penggunaan nanoteknologi ini. Partikel nano sangat kecil sehingga dapat masuk melalui sebuah membran sel tanpa diketahui namun dapat membawa cukup besar materi asing di antara untaian DNA.

Tidak ada studi kesehatan jangka panjang terhadap masalah ini, namun para peneliti telah mengamati kanker otak pada ikan yang mencernakan sejumlah kecil partikel karbon nano. Tikus yang menghirup karbon nanotube memiliki masalah pada paru-parunya.

“Tidak perlu risau memikirkan hal-hal ini akan membahayakan,” kata John Balbus, kepala ilmuwan kesehatan di Enviromental Defense, sebuah lembaga kebijakan umum. “Namun kita perlu berhati-hati pada kemampuan partikel nano yang dapat masuk ke dalam tubuh di mana partikel-partikel kimia lainnya tidak memiliki kemampuan tersebut.”

Administrasi Makanan dan Obat-obatan bulan Juli lalu mengumumkan bahwa obat-obatan, kosmetik, dan produk kemasan lain yang menggunakan nanoteknologi tidak membutuhkan peraturan atau label khusus karena dikatakan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan resiko keselamatan pada penggunaan nanoteknologi. Sebagai tambahan, alat pembentuk nanopartikel dapat digunakan pula untuk bahan mineral, logam, keramik, obat-obatan, dan sebagainya.

Tahun ini, perusahaan alat-alat DuPont setuju dengan sebuah sistem yang dikembangkan oleh lembaga Enviromental Defense, untuk mengevaluasi apakah akan terlibat dalam proyek-proyek pengembangan partikel nano.

Terry Medley dari perusahaan Dupont yang mengepalai proyek ini, menjelaskan langkah-langkah ini sebagai “tidak hanya masuk akal, namun juga bisnis yang positif.” - 10 Januari 2008

Sumber :
http://www.matabumi.com/news/rahasia-di-balik-nanoteknologi
6 September 2009

Makanan dengan Proses Nanoteknologi Menyehatkan ?

Makanan sehat dan bergizi yang mampu diserap dengan baik oleh tubuh, ternyata jauh lebih baik jika makanan tersebut diproduksi dengan menggunakan nanoteknologi.

"Masalahnya, saya selalu dihadapi adalah orang-orang yang tidak mengerti apa yang bisa dilakukan dengan nanoteknologi dan makanan," kata Frans Kampers, salah satu paneliti asal Asosiasi Amerika untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan, seperti yang dikutip China Daily, Selasa (17/2/2009).

"Saat ini orang masih takut memakan makanan yang dihasilkan dari nanoteknologi. Mereka berpikir, makanan tersebut mengandung efek yang buruk," imbuhnya.

Oleh ilmuwan asal Belanda, nanoteknologi menjanjikan teknik yang dapat membawa bahan gizi yang sehat untuk membawa tubuh lebih efisien dalam menyerap kandungan nutrisi dalam makanan, sehingga tidak ada vitamin baik di dalam makanan, yang terbuang percuma.

Para peneliti tersebut, tengah berusaha keras agar makanan yang dihasilkan dari nanoteknologi benar-benar bisa membawa dampak positif. Apalagi, ada beberapa peneliti yang meyakini kandungan logam, perak, dalam kemasannya dapat membahayakan. (okz)- 17 Februari 2009

Sumber :
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/4312-makanan-dengan-proses-nanoteknologi-menyehatkan.html
6 September 2009

Nanoteknologi Ultrasonik Membuka Jalan Untuk Melakukan Analisis Sel Tunggal

Teknik nanoteknologi ultrasonik yang dikembangkan oleh para peneliti dari University of Nottingham memungkinkan para tenaga medis untuk melakukan diagnosa tingkat seluler untuk mendeteksi penyakit-penyakit berat. Teknologi tersebut mengaplikasikan ultrasonik untuk melihat ke dalam sel. Sebelumnya, ultrasonik biasa digunakan untuk sonogram atau alat deteksi janin. Komponen dari mesin yang baru ini akan ribuan kali lebih kecil dari mesin yang sebelumnya ada.

Skala pengukuran yang digunakan cukup kecil sehingga diagnosa sel tunggal dapat dilakukan pada tubuh manusia. Fungsi utamanya ditargetkan untuk lebih memahami struktur dan fungsi sel, serta mempercepat deteksi abnormalitas yang menyebabkan penyakit-penyakit kronik, seperti kanker.

Ultrasound itu sendiri merupakan gelombang suara yang frekuensinya terlalu tinggi untuk didengar oleh pendengaran manusia, biasanya lebih dari 20 kHz. Ultrasound medis menggunakan transduser elektrik seukuran kotak korek api untuk memproduksi gelombang suara dengan frekuensi yang 100-1000 kali lebih tinggi lagi untuk memperoleh gambaran seluruh tubuh.

Grup peneliti dari Nottingham berupaya untuk membuat versi yang lebih kecil lagi dari semua teknologi ultrasonik yang selama ini ada. Transduser yang digunakan akan berukuran sangat kecil hingga 500 buah alat tersebut bisa disusun selebar rambut manusia. Gelombang suara yang dihasilkan pun akan ribuan kali lebih tinggi, mencapai jangkauan GHz.

Tantangan dari proyek ini tentu saja berpusat pada masalah teknik pembuatan. Untuk memproduksi ultrasonik, dibutuhkan ultratransduser. Hal ini berarti membagi-bagi transduser seukuran kotak korek api menjadi ukuran nano. Selanjutnya, perlu dirancang kabel-kabel halus yang dapat menghubungkan alat mungil tersebut dengan sumber listrik. Masalah pelik ini dijawab dengan membuat sebuah teknologi alat optik untuk meradiasikan cahaya laser yang dapat menghasilkan ultrasonik.

Aplikasi teknologi baru ini tidak hanya terbatas pada dunia medis saja, tetapi ini akan mengubah penggunaan mikroskop atau alat detektor lainnya secara keseluruhan. Kini, kita dapat mengamati objek dengan resolusi yang lebih teliti dari mikroskop optik, bahkan hingga ke skala molekul. Selain itu, para pelaku industri dapat menggunakannya untuk mendeteksi kerusakan paling kecil yang mempengaruhi kualitas dan ketahanan material, serta menghindari kerusakan dan penurunan performa mesin.

Saat ini, nanoteknologi ultrasonik digunakan dalam industri pesawat terbang untuk mendeteksi retakan dan kerusakan lainnya yang tidak terlihat. Alat tersebut juga digunakan untuk meneliti metamaterial; komposit kompleks yang proses inspeksinya cukup rumit.

Di sisi lain, kemajuan nanoteknologi menuntut kemajuan yang sejalan dalam nanoteknik. Teori-teori dan aplikasi skala laboratorium nanoteknologi tidak akan ada gunanya tanpa diimbangi oleh penemuan alat baru yang memungkinkan teori tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi para ilmuan dan ahli teknik untuk menciptakan kerjasama yang harmonis bagi masa depan nanoteknologi. - 19 Juni 2009

Sumber :
Rahmi Yusuf
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/nanoteknologi-ultrasonik-membuka-jalan-untuk-melakukan-analisis-sel-tunggal/
6 September 2009