Minggu, 06 September 2009

Nanoteknologi harapan baru pacu daya saing


Para pendekar iptek kembali meramalkan bahwa dalam periode yang sangat singkat-dengan hitungan beberapa tahun ke depan-diyakini akan terjadi revolusi industri kelima yang berdampak luar biasa sebagaimana empat revolusi industri yang terjadi dua abad silam.

Kalangan ilmuwan brilian itu seakan-akan ber-hujjah bahwa revolusi kelima segera tercetus dari rahim nanoteknologi yang baru solid terbentuk pada awal milenium kedua.

"Nanoteknologi diyakini sebagai sebuah konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad ke-21. Beberapa cabang ilmu terapan dan medis mengadopsi nanoteknologi dan nanosains menjadi fondasi utamanya," kata Nurul Taufiqu Rochman Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI), kepada Bisnis.

Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm = 1/1.000 �m = 1/1.000.000 mm = 1/ 1.000.000.000 m). Bisa dipahami bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat kecil.

Mula-mula, tubuh kita berada di dunia berskala meter (m). Kemudian, bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 atau milimeter (mm) adalah tahi lalat. Selanjutnya, yang berskala 1 per 1000 dari itu atau mikrometer (�m) adalah diameter rambut, sel tubuh atau sel darah merah.

Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari �m, seperti lebar DNA (deoxyribonucleic acid) yang skalanya berkisar 2 nm. Apabila nanometer dibagi lagi menjadi 1 persepuluhnya, akan sampai pada besaran atom (0.1 nm=1� (Angstrom)).

Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti halnya perbandingan antara bola bumi dengan bola pingpong. "Dari kenyataan ini, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan," terang Nurul. Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia komputer telah mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas, namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat.

Adapun nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstruktur halus (mencapai beberapa puluh nm) dan memiliki kekuatan dan umur 2 kali lipat. Teknologi nanobaja, lanjut Nurul, sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu untuk pembuatannya.

"Ke depan, industri yang tidak menerapkan nanoteknologi tidak akan mampu ikut dalam persaingan global," timpal Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Depperin Dedi Mulyadi.

Oleh karenanya, berbagai negara di dunia, terutama negara-negara maju, berusaha keras melakukan berbagai strategi penguasaan dan pengembangan nanoteknologi. Strategi pengembangan nanoteknologi pada masing-masing negara tersebut, kata Dedi, umumnya mengacu pada kompetensi negaranya.

Di Indonesia

Pengembangan nanoteknologi di Indonesia boleh dikatakan masih sangat prematur. Kondisi ini, kata Dedi, tidak jauh berbeda dengan negara-negara Asean lainnya.

Kendati demikian, kegagalan dalam mengembangkan produk berbasis nanoteknologi pada lima tahun ke depan, berpotensi menyebabkan pasar domestik hanya menjadi pasar bagi produk nanoteknologi impor sehingga Indonesia diperkirakan kehilangan nilai tambah sekitar Rp10 triliun per tahun.

Berdasarkan perkiraan MNI, Indonesia membutuhkan dana sedikitnya Rp4 triliun dalam 10 tahun mendatang untuk memacu pengembangan riset nanoteknologi guna memperbaiki struktur daya saing produk manufaktur nasional di kancah global.

Indonesia, timpal Nurul, memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya alam misalkan mineral pasir besi, kuarsa, tembaga, emas yang dapat digunakan sebagai basis teknologi nanomaterial.

Oleh karena itu, pengembangan nanoteknologi harus diarahkan untuk mengelolah dan memberikan nilai tambah secara signifikan bagi sumber daya alam Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa. (yusuf.waluyo@bisnis.co.id)- 16 September 2008

Sumber :
Yusuf Waluyo Jati
http://web.bisnis.com/artikel/2id1533.html
6 September 2009

Sumber Gambar:
http://www.directionsmag.com/images/articles/nano_tech/nano0.gif

1 komentar:

  1. Penawaran Bahan Baku Herbal dari Importir PT. Lantabura International

    Assalaamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh,

    Rekan Pengusaha Herbal yang semoga dirahmati Allah Ta'alaa, Alhamdulillah dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan perhatian masyarakat terhadap pengobatan alami back to nature dan kembali ke thibbun nabawi, dan publikasi di berbagai media, herbal dengan merk tertentu sehingga bisnis herbal kini terus meningkat setiap tahunnya, biidznillah.

    Perkenalkan, saya dari PT. Lantabura International berusaha untuk menjadi mitra terbaik anda dalam bisnis herbal anda. Dengan motto mengutamakan KUALITAS dan LEGALITAS, kami supply kebutuhan bahan baku herbal anda.

    Bahan baku yang kami sediakan untuk melayani kebutuhan anda di antaranya adalah sebagai berikut (kelipatan order) :
    1. Jinten hitam atau habbatussauda (@25kg)
    2. Minyak Habbasyi (@10kg)
    3. Minyak Habbat Suriy (@10kg)
    4. Teh Rosella Organik (@14kg)
    5. Madu Arab (@33.8kg)
    6. Minyak Zaitun (@17.2kg)

    Untuk informasi harga dan pemesanan silakan call/SMS/WhatsApp: +62 812 8309 8500 atau mailto:iwan.k27@gmail.com atau pt.lantabura@yahoo.com

    Semoga bisnis anda senantiasa diberkahi Allah Ta'alaa. Aamiin.

    Wassalaamu'alaykum Warahatullahi Wabarakaatuh.

    Baarokallohu fiykum,
    Abu Dawud IWAN KUSNAWAN, S. Sos.
    Marketing Manager
    PT. Lantabura International
    HP: +62 812 8309 8500
    Mailto:iwan.k27@gmail.com atau pt.lantabura@yahoo.com
    Website: www.pt-lantabura.com
    Like us: www.facebook.com/lantabura

    BalasHapus