Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI mematenkan alat pembentuk nanopartikel, suatu temuan teknologi pembentuk partikel ukuran nanometer atau berukuran satu per satu miliar meter. Temuan ini menjadi terobosan penting dalam mencapai kemajuan di bidang industri dan lingkungan.
Dengan terobosan penting di bidang nanoteknologi itu, di antaranya dapat dicapai kemajuan di bidang teknologi transportasi berbahan bakar partikel hidrogen dan oksigen. Kedua partikel itu mudah diperoleh dari air, sedangkan limbah yang dihasilkan dari pembentukan energinya berupa air pula yang ramah lingkungan.
"Alat pembentuk nanopartikel dapat digunakan pula untuk bahan mineral, logam, keramik, obat-obatan, dan sebagainya. Pada dasarnya, dengan kemampuan mengetahui karakter nanopartikel, masing-masing bidang dapat diarahkan untuk mencapai kemajuan teknologi yang lebih efisien, hemat, dan ramah lingkungan," kata Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Nurul Taufiqu Rochman, pada Simposium Nanoteknologi dan Katalis Internasional di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang, Kamis (14/6).
Nurul mencontohkan hasil penelitian nanopartikel baja yang sedang ditekuninya. Dari hasil penelitiannya itu, nanopartikel baja diarahkan untuk membentuk materi baja yang lebih ringan dan hemat. Tetapi, kualitas baja itu tidak berkurang, bahkan partikel nano dalam baja mampu menambah kekuatannya.
"Penelitian nanopartikel baja ini dapat mengurangi bobot mobil mencapai 30 persen, tanpa mengurangi kekuatannya. Begitu pula, pengurangan bobot baja tanpa mengurangi kekuatannya sangat bermanfaat seperti pada pengembangan konstruksi-konstruksi bangunan yang terus berkembang saat ini," kata Nurul.
Kepala Bidang Nanokimia Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Enya Dewi mengatakan, nanoteknologi sangat bermanfaat untuk pengembangan teknologi masa depan yang mampu menunjang kelestarian lingkungan.
Di bidang nanokimia, Enya salah satunya sedang menekuni pemanfaatan persenyawaan hidrogen dan oksigen yang membentuk air.
Pada proses persenyawaan antara hidrogen dengan oksigen itu dapat dihasilkan energi. Energi itu dapat dialihkan menjadi energi gerak yang bermanfaat dalam pengembangan teknologi transportasi.
"Nanoteknologi di bidang nanokimia memiliki kontribusi penting dalam pengembangan energi yang ramah lingkungan," kata Enya.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, dalam sambutan pembukaan simposium yang dibacakan Deputi Bidang Perkembangan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bambang Sapto Pratomosunu, mengatakan, nanoteknologi merupkan suatu paradigma baru dalam pengembangan teknologi yang akan terus berkembang pesat pada masa mendatang.
"Perkembangan teknologi handphone (telepon genggam), laptop, media penyimpan data berkapasitas tinggi, serta piranti elektronik lainnya, tak dapat disangkal merupakan contoh nyata kontribusi nanoteknologi," kata Kusmayanto.
Berbagai produk nanoteknologi lain, dijelaskan Kusmayanto, diantaranya temuan sel saraf tiruan yang dapat menggantikan sel saraf manusia yang rusak. Produk nanoteknologi itu merupakan pengembangan transistor nanotube untuk penguatan sinyal. (NAW)
Sumber :
Kompas Cybermedia, 15 Juni 2007
6 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar