Perkembangan riset di bidang nanoteknologi sudah hampir mencapai tingkat kematangan. "Pada 2020 riset di bidang nanoteknologi sudah selesai, tinggal aplikasinya," kata Nurul Taufiqu Rochman, Ketua Masyarakat Nano Indonesia, di sela-sela seminar "Nanoteknologi bagi Industri Pangan, Minuman, Farmasi dan Kosmetik" di IPB International Convention Center, Bogor, hari ini.
"Pada saat itu," katanya, "tak ada lagi yang bisa kita teliti karena semua sudah diteliti dan bahkan dipatenkan oleh para ilmuwan di negara lain."
Salah satu kendala dalam pengembangan riset nanoteknologi atau rekayasa molekul nanomolekuler di Indonesia, kata peneliti nanoteknologi di Puspitek LIPI itu, adalah masalah informasi, yakni belum meluasnya pengetahuan mengenai bidang ini di masyarakat dan lembaga pemerintahan dan swasta.
"Kami sering memberi rekomendasi (untuk pengembangan dan penyebaran informasi) tapi kurang ditindaklanjuti," kata Nurul di sela-sela seminar yang digelar Embrio Biotekindo, laboratorium pangan berbasis di Bogor.
Padahal, kata dia, Indonesia kaya akan bahan dasar pengembangannya, seperti ragam flora, fauna dan mineral tambang.
Selain itu, kata Nurul, ada kesalahan pandangan bahwa nanoteknologi itu adalah teknologi tinggi yang mahal, padahal teknologinya sederhana dan tergolong murah, sehingga saat ini banyak lembaga riset nano di dunia yang justru berskala kecil atau mirip industri rumahan.
Teknologi nano, kata dia, juga bukan barang yang sama sekali baru bagi masyarakat. Banyak produk sehari-hari yang memakainya, seperti krim pemutih, bedak pelindung sinar matahari dan minuman suplemen. Dengan teknologi nano, misalnya, katanya, krim pelindung sinar matahari dapat tampak tembus pandang, karena pelindungnya dalam skala nano yang tak tampak dengan mata telanjang.
Nurul dan para peneliti di Puspitek telah membuat berbagai macam alat untuk membuat partikel nano. Alat-alat ini kadang digunakan berbagai lembaga riset nanoteknologi di kampus-kampus. Mereka juga kerap mengadakan workshop untuk para peneliti dan pengusaha serta untuk anak-anak.
Meski begitu, kata Nurul, riset nanoteknologi di Indonesia berkembang cukup baik. "Dalam lima tahun terakhir sudah tumbuh 100 hingga 150 pusat riset nanoteknologi di universitas dan berbagai lembaga pemerintah dan swasta," katanya. - 11 Agustus 2009
Sumber :
Kurniawan,
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2009/08/11/brk,20090811-192093,id.html
6 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar